Mengubur Sasis Inovatif di MotoGp September 24, 2011
Posted by ilham in Balap, Kolom, Sportbike, Uncategorized.trackback
Sebelum melanjutkan ulasan Stoner vs Rossi di tulisan berikutnya, saya ingin membahas sedikit tentang tragedi sasis di MotoGP. Sederhananya begini. Sejak Ducati memutuskan menggunakan sasis almunium di Aragon, maka era sasis inovatif di MotoGP pun berahir. Alih-alih mempertahankan penggunaan frame yang berbeda dari pesaingnya, Ducati akhirnya takluk dengan mulai mengikuti tradisi pabrikan Japan, menggunakan frame almunium dan berbagai pengembangannya.
Sangat disayangkan karena Ducati sebelumnya bukan saja yakin dengan sasis pada motor seri GP-nya, tapi juga sudah miliki roadmap pengembangannya. Pada tahun 2003, misalnya saat GP3 mulai diperkenalkan, Ducati menjadi satu-satunya pabrikan balap yang menggunakan pipa turbular sebagai sasis balap. Bahkan pada Gp3, Ducati sudah membuat inovasi berupa penggunaan swingarm yang langsung nancep pada mesin. Sedikit demi sedikit pabrikan Italia ini menyempurnakannya dalam balap demi balapan, dari tahun ke tahun. GP3 di tangan Capirex sempat mencicipi manisnya juara seri, seelah sebelumnya menempati podium di balapan seri perdana di Jepang.
FF ke 2007, Ducati memperkenalkan konsep yang lebih maju lagi dengan menjadikan esin Desmosedici sebagai stress member (titik pusat kekuatan) sasis. Pada GP7 sasis depan terpisah dari subframe. Sasis depan menghubungkan mesin dengan stir dan sok depan, sementara subframe terpisah khusus menyangah pebalap dan footstep dengan menggunakan mesin sebagai tunjangannya.Berhasilkah inovasi ini? Tentu karena bersama dengan paket mesin dan ban, GP7 menghantar Stoner menjadi satu-satunya pembaap juara dunia dari Ducati setelah puluhan tahun. Formula ini kemudian terus menuai sukses di tahun 2008 dengan sejumlah juara dan podium seri, meskipun akhirya menyerah dari Yamaha dalam championship.
Pada 2009, GP9 memperkenalkan inovasi lebih maju dengan penggunaan sasis karbon. Bukan saja mempertahankan mesin sebagai stress member, sasis karbon memperkenalkan monokok sebagai rangka MotoGP. Inovasi ini membuat konstruksi tunggal antara air-box, main frame dan connecting steering head dalam satu kesatuan dengan mesin. Teknologi monokok sediri merupakan sebuah terobosan yang telah digunakan di balapan F1 dan, setelah beberapa dasawarsa merupakan proven formula untuk keselamatan dan kecepatan. Prestasinya, juara di seri pebuka pada tahun 2009 dan 2010, dan sejumlah kejuaraan lain.
Evolusi sasis Ducati ini sebenarnya memiliki dasar filosofi yang sangat bagus. Mengurangi berat, meningkatkan efisiensi di setiap komponen Ducati GP, dan fleksibilitas dalam membangun balance kekakuan pengedalian. Sasis bukan lagi sebagai titikpusat keseluruhan motor, digantikan oleh mesin.
Secara politik balap, penggunaan sasis karbon, monokok dan inovasi mesin sebagai streesmember juga memiliki keuntungan tersendiri. Inovasi ini dapat memaksa pabrikan lain untuk melakukan percobaan teknologi keluar dari kebiasaan mereka. Sederhananya, Ducati secara halus mengundang pabrikan Japan untuk masuki arena permainan yang atmosfirnya baru.
Sangat disayangkan, inovasi dan strategi ini harus terkubur akibat Ducati mulai kehilangan arah. Salah satunya adalah dengan menyewa Rossi dengan bayaran supermahal. Bukan hanya itu, Ducati membawa tim Yamaha (Burgess) dan menukarnya dengan Stoner dan tim-nya. Padahal perubahan ini tidak pelak mempengaruhi arah pengembangan tenologi. Semata karena Rossi dan tim sama sekali baru denga pengembangan teknologi Ducati.
Saya menyebut situasi ini sebagai tragedi. Mengingat bahwa MotoGp adalah balapan prototipe yang merupakan puncak pengembangan teknologi. Inovasi merupakan salah satu aspek yang membedakan dengan balapan seri lain. Dan seperti layaknya setiap inovasi, selalu butuh waktu untuk mencapai tingkat kesempurnaan tertentu.
Banyak fans Ducati di seluruh dunia yang merasa sedih dengan situasi GP11 saat ini. Terlebih lagi setelah Rossi mengacak-ngacak inovasi teknologi yang khas dikembangkan pabrikan asal Bologna ini. Mungkin Rossi dan Burgess lupa bahwa Ducati = heritage. Teknologi dan desainnya adalah legenda tersediri. Keputusan mengubah banyak hal tidak saja memperuit keadaan, tapi mulai melucuti keunikan Ducati sebagai sosok teknologi yang maju dengan jalur pengembangan yang berbeda dari big four Japan.
Bahwa Ducati butuh konsisten naik podiumdan juara seri, itu dapat dimaklumi. Bahwa Ducati ingin mengulang manisnya silver plate juara dunia seperti 2007, layak dimengerti. Bahwa Ducati ingin agar tidak dipermalukan di kancah balap paling bergengsi, tidak dapat dipungkiri. Tapi menghentikan inovasi sasis Ducati GP begitu saja, jelas mengubur salah satu teknologi balap yang unik. Bagi saya pecinta balap, jelas merupakan salah satu tragedi teknologi yang patut diratapi. 😦
pertamax 🙂
terlalu men “dewa” kan rossi sih…walau bagaimanapun rossi juga manusiaaaa, punya rasa punya hati jangan samakan dengan motor ducatiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Terbiasa dgn motor jepang,
Ya begitulah pembalap hebat jika mengalami penurunan prestasi maka yang menjadi objek explorasi adalah motornya, Sayangnya motor benda mati ngak bisa ditanya, coba kalau bisa ngomong kayak bulan 😀 pasti dia akan bilang Ridernya tolong di explore atau ganti yang sepeprti Stoner
yang mencintai motornya apapun adanya dia.
Kalau saat ini persis seperti orang pacaran ketika cinta setengah hati maka berusaha mencari cari kelemahan pacaranya yang ujung-ujungnya bertujuan talak tilu. Begitulah nasib Ducati emang tragis dan patut diratapi.
Mending kalau pisah harta kalau harta dibawa kabur (habis dana) semua tambah nelangsa jadinya.
Kalau saja Ducati mau mendengar kata Hayden “Dia (stoner) dibayar terlalu murah atas apa yang dilakukannya di atas motornya”. Mungkin saat ini Ducati masih menjadi Team yang di segani.
Saat ini saya rasa motor lagi ngambek aja sama ridernya makanya ngak kompetitve. Kalau saja Rossi mencintai Ducati lebih dari Yamaha saya rasa dia akan menemukan kecocokan untuk membawa ducati kembali kepada kejayaannya namun kondisi sekarang mengindikasikan Rossi tidak pernah benar-benar sepenuh hati bergabung dengan Ducati, Kecuali untuk menutupi penurunan prestasinya jika masih bersama YMH.
Akhirnya yang jadi kambing hitam adalah Ducatinya bukan Rosinya, Seandainya Rosi masih di Ymh maka Rosi akan ketahuan kalau prestasinya makin menurun pasca Kejadian Di Mugelo.
KUALAT tuh…
kita tunggu aja perubahan ducati ditangan rossi thn 2012, apa ada kemajuan atau malah tambah apess..
sebenarnya tujuan rossi bagus sich, bikin ducati enak dikendarai oleh siapa aja..bukannya hanya buat satu atau 2 pembalap saja..
klo cuman enak satu atau 2 pemalap saja, namaya manusia, klo lagi apes..ntarh itu jatoh, atau patah, otomotis..kan juara nya menurun..
rata2 pembalap ducati di motogp, ngak ada yg bisa bertarung di garis depan..rata2 jadi medioker doank…
coba dibahas donk..technologi superbikenya ducati sama motogpnya..bedanya dimana..? selain cc ..? dan pembalap tentunya, kenapa ducati du superbike power full bgt
Piss
Betul2 potensi2012 tetep tinggi kok. Cuma syg sasis inovatifnya
kang ilham setiap saya comment di warung kang ilham nyangkut terus thank
wah,,, inovasi tiada henti nih ducati,,, tukeran aja ama suzuki yang inovasi berhenti 😀
sepertinya komentar ttg rossi buat ducati enak di tunggangi siapa aja masuk akal, seperti ketika rossi di yamaha.. yang lain jadi kena angin segarnya, toh ga selamanya ducati bakalan di tungangi rossi… kali aja tar j.lo pindah kalo settingan ducati dah capcussss.. ;P
banyak cara dah di lakukan ducati, kalau thn 2012 rossi dgn Ducati masih tidak mendapat prestasi yg bagus…,mungkin rossi memang dah mengalami penurunan prestasi kali ya bro…..
setuju ama oom topa…
gak efisien dan efektif, klo develop motor yg cm bs di pake ama satu rider aja… toh yg jadi cacat nama ducati jg klow terus2 an gak kompetitif…
inovasi boleh… tp kalo emang kurang tepat ya harus legowo….
mungkin pelan2 bs diriset lagi penggunaan sasis CF, dengan lebih hati2….
ane fans rossi tp tetep angkat jempol wat stoner…
rossi udah waktunya mundur nih…udah uzur..
BTW Ducati GP11.1 bisa dipakai harian, cuma masalah mindset aja..
Kompoooorrrrr, hehehehehe. Kalo tenaga dah ngumpul’ ane bauat ulasan kapan2 soal mindsett
Rossi msh bisa bangkit. siapa bilang usia uzur pengaruh. Yang jelas tua-tua keladi ( MAKIN TUA MAKIN JADI ). Go The Doctor !
wah mantap ni artikel..
kalo asal ganti, enak di rosi gak enak diducati dong.
tes
topppp
Banteng liar akan diubah jadi domba…
Ini bukan mengobati penyakit tapi mengganti “DNA” sungguh malang nasib Ducati yg akan hilang cirihasx.
`Menghentikan inovasi sasis Ducati GP begitu saja, jelas mengubur salah satu teknologi balap yang unik`
Bukan begitu mas Ilham, suatu inovasi yang pada akhirnya tidak membawa ke arah perubahan yang lebih baik ya dihentikan aja dulu (bukan dikubur ya!) Berharap aja kedepannya Ducati berinovasi lagi dalam bentuk lain (baik dengan Rossi ataupun bukan) bisa saja kedepannya sasis Al dikombinasi dengan sasis karbon dengan Engine sebagai titik pusat keseluruhan motor…
Toppp, jd fana Ducati jgn kecil hati duluuu yaaaaa 😉
Kasih tambahan lagi gan.
Yang pertama teknologi Monochoque, carbon, maupun penggunaan engine sebagai stress member bukan ducati yang pertama melakukannya :
a. pada tahun 1998 honda memperkenalkan twin crank nsr 250 yg digunakan pembalap Jepang Tohru Okawa dan berhasil duduk di posisi 4. mesin ini menggunakan engine sebagai bagian dari stress member. dengan meletakkan swing arm langsung ke chassis yg skr digunakan di desmosedici. tp proyek ini ga dilanjutkan honda ditahun berikutnya.
b. pd 1999/2000 honda memperkenalkan prototype original VTR 1000sp. dengan sasis monolith (sama dengan monochoque) dimana sasis dibagi 2. tapi sekali lagi ketika diproduksi massal, honda meninggalkannya.
c. honda jg pernah ada proyek carbon di tahun 1984 dg NSR 500 V4. dan yg paling legendaris ketika jaman frendy spencer, dengan velg karbon pada nsr 500. ketika itu honda memang sdg inovatif-inovaifnya dimana motor/part blm matang lsg dicoba pas balap. hasilnya frendy spencer gagal finis (kecelakaan) gara-gara velg belakangnya meleduk/berasap hancur, gagal mempertahankan juara dunia (4th 1983 :1st. 1985 : 1st). dan hondapun mninggalkan proyek karbon.
d. Furusawa san (pengembang m1 crosplane crankshaft) sdh mengatkan bahwa karbon ga cocok buat motor. dan bagi ane sampai saat ini M1 adalah motor yg over all terbaik di moto gp.
tnq inputnya bro. ane akan cari watu untuk nulis soal sasis karbon+politik pabrikan jepang 🙂
kayaknya bukan letaknya di sasis karbon, tp pada soal lain 🙂
Ok, sekarang pertanyaan apakah teknologi-teknologi di atas ga bagus sehingga gagal di moto gp?
jawabannya jelas tidak, teknolgi diatas jels memiliki beberapa keuntungan, yg jika diproduksi massal atau orang biasa yg menggunakannya ga akan terlihat kekurangannya. so apa masalahnya ?
1. Dunia motogp dimana semuanya sdh mendekati limit, semua bekerja 100% jika ada yg tidak seratus persen maka akan sgt terlihat.
2. balap motor berbeda dengan balap mobil dll. di balap motor feeling rider sangat berpengaruh, sebagai gambaran bisa liat artikel bro arie slight : pantat meter. jika rider tidak bisa merasakan feeling motor maka mereka tidak akan merasa nyman dan tidak bisa memaksimalkan potensi motor, seperti kasus berbagai rider ducati sat ini , contoh Rossi, Melandri.
3. Feeling sasis carbon, sasis monochoque jg ada feelingnya. seperti kata stoner dan hayden, the feeling is there. tapi berbeda (seperti bunyi besi dg bunyi aluminium memiliki frekuensi yg berbeda)
4. Hampir seluruh pembalap moto gp, berasal dari model motor twinspar, dengan sasis aluminium, mereka sdh terbiasa dengan feeling tersebut, ketika diberi sasis yg berbeda mereka tidak dapat meng interprestasikan feeling tersebut.
ibarat kata : Rossi terlahir sebagai orang Italia jago bahsa italia (sasis aluminium, twinspar, V maupun inline 4) , diminta untuk memahami bahasa jepang (sasis carbon monochoque) di level profesor (motogp). its next to impossible.
5. hal inilah yg mengakibatkan pendekatan dalam motogp itu lebih evolusi daripada revolusi, karena begitu besarnya peran feeling pemblap yg sdh terbentuk. jika revolusi rider ga bisa merasakn feelingnya >> motor ga bisa competitif. walupun potensi itu ada.
6. hal ini pula yg menyebabkan BMW meninggalkan ciri khasnya suspensi telelever, chasis …. (lupa), dan mesin boxer menjadi suspensi upside down, chasis twinspar, dan mesin inline 4 di motor superbike mereka BMW S1000. demikian pula Bimota dengan dual swing arm (depan belakang).
Komprehensif… Hehehehehe.
Hanya saja, memang ada yg namanya teknologi balap ada yg bukan. Beberapa ilustrasi conth di atas mmg bukan u balap. Tapi soal sasis karbon, sampe bia juara berkali2 itu artinya teknologi balap…
nanti akan sy buat tulisan tersendiri spt komen sy di atas 🙂
The Next question is… apakah Rossi akan kompetitif dengan demosedici GP 12 aluminium twinspar?
kalo pertanyaanya akan lebih kompetitif dari saat dia di GP 11?
ya
Kl pertanyaanya kompetitif dalam arti perebutan WC ?
perkiraan ane tidak. kl ya berarti talent riding Rossi n engne desmo mang luar biasa.
why :
1.Development motor memakan waktu, yamaha dan honda sdh berpengalaman lebih dr 30 thn membuat motor twinspar aluminium.
2. kita tengok moto 2. pada awal moto 2 (2010) catatan waktu moto 2 kalah dengan motor sport lebih dari 1 detik ( 1,6 detik di valencia dg cbr 600rr tenkate honda) apalgi jika dibandingkan dengan GP 250. seiring dengan berjalannya waktu chassi motor mengalami pengembangan, walaupun Honda masih menyupali mesin yg sama saat ini catatan GP 250 sdh kalah dengan moto 2, apalagi supersport.
3. Contoh lain upgrade satu part baru pada motor marc marquez di aragon bisa mengurangi catatan waktunya hingga 0.2-0.3 detik.
4. minimnya waktu test resmi bagi pembalap resmi, dan telah terbukti input dari test rider kurang optimal.
5.pembatasan engine maksimum (6). akan membatasi pula pengembangan (tertolong dengan twinspar).
ane perkirakan Rossi akan kompetitif untuk WC di ducati di 2013 dengan catatan :
1. Rossi masih di ducati (kontrak berakhir 2012)
2. Ducati n Philip Morris masih memiliki duit dan effort sperti sekarang.
3. Rossi sabar dengan pengembangan, ga bolak balik ganti part chassis dll (kl ga krn perkataan JB GP 11.1 dah ditendang ma Rossi setelah 2 seri).
4. tidak ada evolusi yg luar biasa dari Honda dan Yamaha.
5. Performa Stoner saat ini sdh optimal. tapi ane perkirakan belum, karena :
a. Stoner baru pertama kali di Honda,
b. tim mekanik stoner baru pertama di honda (sebelumnya tim mekanik stoner di ducati). mereka semua masih dlam thp pengembangan.
c. Honda RCV 212 merupakan pengembangan Pedrosa n di set buat pedrosa. bukan buat Stoner. gimana kl RC 213 di st buat Stoner dg effort pengembangan dr HRC seperti saat buat pedrosa (20 chasis di awal musim buat dipilih pedrosa yg ga pernah juara).
d. saat pertama kali stoner di motogp (2006) di rc 211v seri kedua langsung pole. seri ketiga atau keempat hampir juara seri sebelum dibalap Melandri di tikungan terakhir. padahal LCR honda merupakan tim satelit dengan spek satelit (beda dg simonceli) dan tim yg baru pertama kali ikut ke moto gp (ga ada pengalaman).
so roll on.
c. Honda RCV 212 merupakan pengembangan Pedrosa n di set buat pedrosa. bukan buat Stoner. gimana kl RC 213 di st buat Stoner dg effort pengembangan dr HRC seperti saat buat pedrosa (20 chasis di awal musim buat dipilih pedrosa yg ga pernah juara).
saya harap kejadiannya tidak sama dengan di ducati yaitu hanya stoner yg mampu mengendarai!! saya harap seperti hasilnya doohan ato rossi yg motor hasil pengembangannya bisa dinikmati pembalap lain menjadi WC!!
doohan= Alex C+ Rossi –> nsr 500cc
Rossi= hayden RC211V + Lorengso M1
itu smua yg kita harap. tp apa betul di era Stoner ducati sdh seserius era rossi. masalanya bukan di stoner, masalahnya ducati ttl puas dengan pengebangannya di era stoner. bahasa seerhananya cukup pasif, sementara stoner adalah ral racer. dkasih motor apa aja pasti dibawa sampe limit.
Ok, janji ane dah ane penuhi, sebenernya ane jg ada blog, cmn bukan buat balap motor. jadi numpang disini aja.
hehehe… tnq bro. jgn bosan kasih pencerahan ke kita2
bagi link blognya 🙂 u silaturahmi
Ini kyk ortu sama anaknya, biarpun anaknya yg salah tetep aja ortu belain anaknya. Sdh tau klo ducati cuma cocok ditunggangi 1org dan tidak cocok ditunggangi pembalap lainnya. Skrng datang org bijak menasehati sang ortu, ini loh nduk, anakmu ki salah, seharuse kmu didik begini begitu, tp tetep aja si ortu ngeyel. Si orang bijak itu rossi.. Dan alhamdulillah si ortu ngeyel itu buka tim Ducati, krn mrk skrng nurutin rossi, tp justru fansnya :p Skrng ini tim ducati udah terbuka dg perubahan, dan gw yakin setelah menemukan keseimbangan bersama rossi, ducati akan kembali dg inovasi2nya yg lain.. Ini bukan akhir dr segalanya, tp justru awal yg lebih baik unt masa depan ducati sendiri! Fans I know u love ducati, but to much love just will kill ducati, let Rossi work n show his best!!!
rossi pasti bisa… ducati udh 120% mendukung, apa lagi yg kurang 😉
ducati masih kalah sma suzuki hehe
http://keshamotor.wordpress.com/2011/09/25/kali-ini-ahaem-buat-blunder-fatal-di-iklan-cbr-150cc/
yah minimal beda pembalap beda settingan dan rasa motor 😀
Wih seruuu bancanya…..! Mantap mana ni linknya kang mas skyrider teh?
Awam dunia moto gp,tapi mengenai ‘terkuburnya’ inovasi teknologi sebagus ini adalah sangat disayangkan saya setuju.adalah hal yg luar biasa dan tidak mudah untuk menghasilkan ide baru.barangkali bukan ‘tidak berhasil’ tapi ‘belum berhasil’,mengingat bahwa tidak ada teknologi yg serta merta sukses tanpa ada kegagalan dalam proses pengembangannya
yg bikin ironis, disaat Ducati meninggalkan sasis monokok di motogp, superbike mereka yg baru malah udah terlanjur mengaplikasikan ke produksi. ini bisa jadi efek bumerang ke salesnya…
mungkin ini latar belakang mereka mengundur partisipasinya ke WSBK yah.. karena kalo terbukti beneran sasis monokok ga bisa dikendarai mayoritas racer, kasusnya bisa seperti seri 999 dulu (meskipun dulu yg lebih jadi issue adalah tampilan luarnya).
denger-denger isu n rumor 1199 ga akan masuk wsbk krn memiliki penyakit yg sama dengan gp 11. jd checa tetep pake 1198, 1199 cuma buat super stock
Hampir pasti, Seingat ane Ducati belum juga melakukan homologisasi utk wsbk. Knp dtunda2, keknya emang berat
Motogp mmg balapan mtr prototype yg sarat dgn tehnology n inovasi baru.tp bg pabrikan mtr,mrk semua tentu mengincar kemenangan…tanpa itu semua tak ada gunanya,walaupun sbh pabrikan punya ciri khusus dan keunikan yg tak d punyai merek laen…tp ridernya bertarung d barisan belakang terus kan ga bgs namanya,…
[…] dari beberapa diskusi kita tentang MotoGp sebelumnya. Tepatnya ketika Rossi mulai keteteran dengan Ducati Gp11 dan 11.++, maka ide tentang ada-tidaknya aliens di MotoGP mulai digugat. Benarkah aliens ini memang luar […]
nah coba kalo semua dikasih motor yang sama, mesin yang sama dan rangka yang sama, kira kira siapa yang jago….?
pasti simoncelli yang kemaren tewas….
Bang ilham, opini anda menarik buat di pahami,
Tp, sumber masalah di ducati gp team, adalah, tidak singkron nya komunikasi dari team ke bagian racing di dalam pabrikan. Jb memfonis chasis monocoque penyebabnya. Tp rossi tak sepenuhnya bilang chasis. Tp lebih ke kontribusi titik berat. Membalapun tak sepenuhnya dy lakukan tak sepenuhnya karena tiada feeling yg bagus, di sini lah terjadi kecenderungan rossi yg memang tidak maksimal menggeber motor. Karena mengandalkan feeling. Sedang data telemetri mengungkap. Normal.grafik belum menyentuh data limit, sedangkan mechanic memperbaiki set up dengan data telemetri. “Mereka(ducati) akan marah saat anda bicara problem motor ini”kutipaTp, sumber masalah di ducati gp team, adalah, tidak singkron nya komunikasi dari team ke Tp, sumber masalah di ducati gp team, adalah, tidak singkron nya komunikasi dari team ke bagian racing di dalam pabrikan. Jb memfonis chasis monocoque penyebabnya. Tp rossi tak sepenuhnya bilang chasis. Tp lebih ke kontribusi titik berat. Membalapun tak sepenuhnya dy lakukan tak sepenuhnya karena tiada feeling yg bagus, di sini lah terjadi kecenderungan rossi yg memang tidak maksimal menggeber motor. Karena mengandalkan feeling. Sedang data telemetri mengungkap. Normal.grafik belum menyentuh data limit, sedangkan mechanic memperbaiki set up dengan data telemetri. “Mereka(ducati) akan marah saat anda bicara problem motor ini”kutipaTp, sumber masalah di ducati gp team, adalah, tidak singkron nya komunikasi dari team ke bag