1098 series for u Guys, bicara soal styling motor yuukkk Oktober 8, 2011
Posted by ilham in Kolom, Sharing, Sportbike, Uncategorized.trackback
Karena Kafemotor mungkin satu-satunya blog yg devoted untuk bicara modif dan styling, maka tidak ada salahnya melakukan evaluasi terhadap motor yang diproduksi belakangan. Dan, tak ada yang lebih afdol dari membahas desain moge mengingat besarnya effort dan budget yg diglontorkan pabrikan dalam mendesain hingga memproduksinya.
Mari kita mulai dari kurun waktu agar tidak salah dalam menjudge barang wahhh ini. Untuk dapat berlaku adil terhadap pabrikan Japan dan Eropa, kita perlu menset tahun yang tepat. Lima tahun mungkin cukup mewakili keduanya. Pabrikan Jepang memang kadang berganti model lebih cepat dibanding pabrikan Eropa, meski belakangan brand kayak Ducati dan Aprilia dah mulai maen dengan ritme serupa.
Tersebutlah dalam lima tahun terkhir motor iconic dari tipe sportbike, moge Ducati seri 1098 dan kloningannya seri 1198. Bukan karena sy fanatic Duc, sebab untuk pabrikan Italia fav saya masih MV Agusta. Tapi murni pure styling berbalut efisiensi.
Styling dan efisiensi seri Duc ini tak terbantahkan. Sejak dari faring depan hingga buntut. Dari komposisi dan pemilihan komponen. Wuiiihhh, bikin hati bergetar. Kwek kwekk….
Saat pabrikan Jepang mulai kehilangan fokus pada styling fairing depan dan lampu, Duc 1098 merevitalisasi tampang motor pemburu dengan headlamp sipit namun cantik. Jadilah pabrikan Jepang yang selama 10-an tahun terasa seperti kecolongan. Karena belakangan mereka seperti mentok dengan headlamp ini. Tanpa harus kesulitan memadukan styling, lampu senja dan proyektor bisa dipadu secara apik dalam sebuah cangkang yang integral. Sesuatu yang gagal dilakukan oleh CBR1000rr selama bertahun-tahun, yang juga gagal dipertahankan Yamaha R1 sejak beralih ke proyektor mata beloknya.
Fairing depan tak perlu lebar-lebar amat untuk membelah angin layaknya sportbike Yamaha, tak perlu terlalu sempit bak RSV4 aprilia atawa sportbike Speedtriple Triumph.
Masih dengan tampak depan, winshield Duc seri ini entah kenapa seperti racy dari lahir. Tidak seperti sporbike lain yang harus buat bubble screen, winsil racingnya pun sepintas sama dengan ori. Tak datar, tak pula tinggi menjulang. Tak perlu melebar, apalagi menyempit. Seperti disetel pas takaran begiu saja.
Bodi samping, tak banyak lekuk dan tak butuh banyak sticker. Malah dibiarkan telanjang untuk memastikan anda bisa melihat detil mulus fairing bersama sasis turbular yang tersembul manis, namun sangar. Saat pabrikan lain pada hijrah ke deltabox almunium, trellis frame jelas sebuah exotica. Apalagi selain trellis yang tersembul, semua rapi tercover fairing. Tak seperti sportbike 1 liter Jepang yang fairingnya belakangan seperti kurang bahan atau kedodoran.
Lalu lihat dari atas. Tanki bak dipahat dan bergurat proporsional. Segaris dengan pendahulunya sejak dari clan 916. Lanjut ke posisi duduk, jok dan buntut belakang. Berpadu bagaikan elang pemburu atau cheetah pemangsa. Atau jika mau nakal sedikit, ia bak pragawati yang langsing namun enerjik. Mungkin juga Angelina Jolie yang dibekali cemeti. Alamakjaannnnnnn……
Sorot ke buntut, pinggulnya begitu seksi menggoda. Dengan sudut meruncing, namun ke tengah agak padat, coba mainkan pikiranmu. Bagai siluet perawan terawang sorot lampu di balik kegelapan. Ahhhh…
Tapi sedikit di bawah pinggul bebalut kain tipis itu, ada dua muffler underseat. Kagetlah sekaget-kagetnya. Karena dari sana raungan bengis engine 2 silinder L twin akan memekakkanmu. Memberi kesan, gadis six-pack yang mampu kau ajak bergumul dan berpacu dalam adrenalin. Saat pabrikan Jepang kesulitan menemukan tempat yang mantap untuk mufler ini, Ducati tak pernah kehilangan balancenya.
Jangan bicara soal kaki-kaki, sebab 1098 jauh di depan dalam hal styling. Ohlins di setiap sok dan upsidedown. Brembo-sang rembo di sektor pengereman. Apalagi swing arm single sided terpadu velg Marchessini yang ringan namun manis. Duh, out of this word…
Bagaimana Ducati mampu bertaha pada garis desain seapik ini, mungkin karena mereka teringat kembali pada mendiang Massimo Tamburini. Kesetiaan pada purposive art ini benar-benar luar biasa. Untuk mengalahkan keindahan desain dan detailingnya jelas butuh lebih dari sekadar bermain main dengan komputer dan meja desain.
Thanks Duc!!!!!
aha!!!
Wakakakaka, ngetik pake ipad bener2 deh. Sumpah bikin pegel + banyak keleru. Otak gw sampe sempet ngehang.
Mugkin karena jari kuli, jadi mencet touch screen jadi sulit bin ajaib :p
Hahahahahahahaha
ijin nyimak plus nyerap ilmu.. 🙂
Ngiler….
http://mesin4tak.wordpress.com
pengen bgt sih…dana blm kekumpul, tapi soon or later pasti punyalah..
apa kalo naksir angelina jolie cs harus juga dipacari trus dikelonin bro? hehehehehe…
sing penting ngiler dulu wakkk, soal mahar pikir kemudian :p
Waktu muncul konsepnya tahun 2007, saya kaget ternyata Ducati tidak pakai jasa Mr. Terblanche…Memang banyak dibenci dia, kecuali soal desain HyperMotard sama SportClassic
Pas muncul sketsa awal dari Giandrea Fabbro, wah…Rupanya Ducati kembali roots awal dari Tamburini : Single Arm, desain halus, lampu horizontal…Benar-benar terpesona 😯
Meski saya sih lebih suka desain kontroversial DB7, tapi 1098 memang pantas dapat gelar “Best Design”, mungkin sampai hari ini 🙂
hehehehe, komen mantap bro!!!
DB7 mungkin ke arah sofistikasi, jadi ada inovasi lebih pd desain, sementara 1098 cs ke arah performa+artistik, so fokusnya jelas pd masing2…
Terblance jg jenius bro, cuma arahnya pd efisiensi dan performa jd agak beda dengan arah Tamburini dan ducati secara umum
Ini ngomongin motor kan? kenapa yg kebayang cewe cantik >.<
duc 1098 keluaran red phoenix paling ok mas ..
Menggarisbawahi pernyataan Mas Ilham “Jadilah pabrikan Jepang yang selama 10-an tahun terasa seperti kecolongan” Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Memang benar dalam beberapa unsur design misalnya coloring (karena ini bidang saya) pabrikan Jepang mengalami ketertinggalan, tapi kalau dari design seperti disebutkan di atas lampu dan fairing depan pabrikan Jepang kecolongan saya tidak setuju. Bisa dibilang faktor “diferensiasi produk” hanya kulitnya saja, dibelakang itu banyak faktor2 yang jelimet, meskipun saya terlibat di dalamnya hampir selama 2 tahun tetep gak ngerti (Mungkin karena Saya newbie kali ya dan awalnya tak ada interest pada roda dua)
sebenarnya bberapa desain moge jepang cukup maju, bahkan boleh dibilang pernah menempelkalo bukan setara dengan pabrikan italia. tapi belakangan surut lagi.
saya akan buat tulisan tersendiri tentang upaya pabrikan mengejar ketertinggalannya bro. biar lebih jelas maksud saya soal lampu dan faiing 🙂
biar diskusi lebih rame lagi
Ditunggu…
wuih.. lama banget nggak baca tulisan khas blogger gini.. mantaaaappp serasa balik lagi ke tahun 2006 pas pertama2 baca Kafemotor
thanks bro… bikin smangat aja … kwkekekkwekkk
Nice article 🙂
artikel yang inspiratif.
salut bro ilham..
mantap memang, sempurna di setiap lekukannya…
info juga mengenai ktm : http://morukai.blogspot.com/2011/10/pabrik-perakitan-ktm-duke-125-di.html
http://temonsoejadi.wordpress.com/2011/10/09/kisah-seekor-semut/
Menyimak sambil ngelamun naik 1098 . . . Manteb rekkk
Keep brotherhood,
Salam,
Soal design, motor itali emang jawaranya. Banyak yg pada polos tanpa decal tapi uniknya malah bikin makin gahar. Sering ketemu kalo ga 1098 ya 848 di sekitar sudirman dan dukuh atas. Suara mesinnya juga ga kalah jos, mas ilham.